Pages

program peningkatan kesehatan wanita


KESEHATAN REPRODUKSI
PROGRAM KESEHATAN YANG TERKAIT DALAM MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN WANITA  

Disusun oleh :
Ainur Rohmah
Aminun Prahestu F
Ananta Rina
Aprilia Dewi Andhita
Asni Irmadania w
Desi Meriantika
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
D3 KEBIDANAN/FIK
JOMBANG
2012/2013

                                                          BAB I
PENDAHULUAN
1.              Latar Belakang
Kesehatan reproduksi di defenisikan sebagai keadaan sejahtera fisik , mental dan social secara utuh , yang tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan dan semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi , serta fungsi dan prosesnya (UNFPA,2001).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan sesorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apa pun ( well health mother baby ) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dalam uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci di gunakan pendekatan siklus haid ( life cycle appooach) , sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat di laksanakan (Manuaba ,1999).
Dua dari tiga wanita di dunia saat ini menderita suatu penyakit yang sangat melemahkan manusia. Gejala-gejala umum penyakit yang mudah menyebar ini mencakup anemia kronik, malnutrisi dan kondisi yang sangat lemah. Para penderita menunjukkan kerentanan yang tinggi terhadap infeksi traktus respiratorius dan produktif, yang seringkali mengakibatkan kematian dini (premature death). Tanpa intervensi langsung, penyakit ini dapat menular dari ibu ke anak, dengan angka penularan yang sangat tinggi pada wanita dibanding pria. Meskipun penelitian telah membuktikan efikasi berbagai strategi pencegahan dan pengobatan, namun hingga kini sangat sedikit strategi yang dilaksanakan secara matang.
Wanita juga menghadapi ancaman kesehatan reproduktif yang unik. Tingginya angka penyakit yang dapat dicegah, kematian akibat komplikasi pada kehamilan dan persalinan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual, dan kanker pada alat reproduksi sering dijumpai pada wanita yang miskin dan yang tidak memiliki askes terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif.
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.

2.              Tujuan
         Untuk mengetahui pemeliharaan kesehatan pada calon ibu
         Untuk mengetahui perkawinan yang sehat
         Untuk mengetahui keluarga yang sehat
         Untuk mengetahui system reproduksi dan gangguannya
         Untuk mengetahui penyakit yang mempengaruhi kehamilan dan persalinan
         Untuk mengetahui sikap dan prilaku pada masa kehamilan dan persalinan
         Untuk mengetahui pemeliharaan kesehatan ibu hamil
.




BAB II
PEMBAHASAN
Kebutuhan kesehatan wanita tidak mendapat perhatian yang cukup oleh karena suara mereka seringkali tidak terdengar dalam percaturan politik. Kebijakan pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan wanita hanya sedikit. Kenyataannya, kebijakan dan prioritas pemerintah yang tidak memperhitungkan dampak kebutuhan kesehatan wanita, seringkali mempunyai pengaruh negatif terhadap wanita. Di beberapa negara berkembang misalnya, wanita dikesampingkan dalam program yang bertujuan untuk mencegah dan mengobati penyakit jantung, kanker, dan AIDS, disamping penyakit lainnya.
Di lain pihak, peran reproduktif wanita hanya mendapat perhatian apabila angka fertilitas cukup tinggi. Akibatnya, satu-satunya pelayanan kesehatan yang sering diperoleh wanita adalah keluarga berencana, meskipun pelayanan ini lebih menekankan pada kontrol fertilitas bukan pada peningkatan kesehatan wanita (Islam, 1991). Dalam kesehatan reproduksi pun, pertimbangan agama dan politik telah mengalahkan pertimbangan kesehatan masyarakat, di mana wanita semakin sulit memperoleh hak untuk pelayanan aborsi yang aman.
Beberapa kemajuan telah dicapai lembaga internasional untuk menarik perhatian terhadap kebutuhan kesehatan wanita. Namun, tidak terjadi peningkatan ketersediaan dan penerimaan pelayanan dasar yang nyata bagi wanita. Apabila tidak segera diambil tindakan bersama, masalah klasik penyakit dan kematian wanita diikuti dengan semakin besarnya ancaman terhadap penyakit akibat kerja, tindak kekerasan domestik, meningkatnya ketergantungan terhadap aborsi yang tidak aman, penularan AIDS dan PMS (penyakit menular seksual) lainnya, serta meningkatnya kanker payudara dan serviks, akan menjadi masalah terbesar dalam masa kehidupan wanita.
Untuk kepentingan Indonesia saat ini , secara nasional telah di sepakati ada empat komponen proritas kesehatan reproduksi , yaitu : Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
Pelayanan yang mencakup empat komponen prioritas di atas disebut pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE). Jika PKRE di tambah dengan pelayanan kesehatan reproduksi bagi usia lanjut maka pelayanan yang di berikan di sebut pelayanan kesehatan reproduksi komprenhensif (PKRK).
Karena terdiri atas beberapa komponen,maka pelayanan kesehatan reproduksi diupayakan agar dapat diberikan secara terpadu,berkualitas dan memperhatikan hak reproduksi perorangan. Ini berarti bahwa pelayanan kesehatan reproduksi bukanlah suatu pelayanan yang baru mampu sendiri,tetapi merupakan kombinasi berbagai pelayanan secara terpadu dan berkualitas termasuk dalam aspek komunikasi,informasi dan edukasi (KIE).
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada WUS ( Wanita Usia Subur )
WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an presentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.
Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminya dengan rajin membersihkannya. Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri. Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain dengan melihat siklus haidnya.
1. Siklus Haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28-30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
2. Pembekalan pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita
a.     Personal Hygiene, misalnya :
Mandi 2x sehari - Ganti pakaian dalam setiap hari - Hindari keadaan lembab di vagina  - Mamakai pembalut yang tidak mengandung zat berbahaya (berbahaya ditandai dengan mudah rusaknya pembalut jika terkena air)  - Ganti pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah penuh oleh darah haid - Cebok dari arah depan ke belakang - Hindari penggunaan sabun/cairan pembersih vagina.
b.     Gizi
Hindari 5 P (Pewarna, pengawet, penyedap, pengenyal) - Konsumsi buah dan sayuran.
c.     Perilaku seks
Hindari perilaku seks bebas diluar nikah.
d.     Perkembnagan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
Pengembangan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secera fisik , kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang haid dan mimpi basah , serta tentang alat reproduksi remaja laki – laki dan perempuan perlu di peroleh setiap remaja.
e.     Proses reproduksi yang bertanggung jawab
f.      Pergaulan yang sehat antara remaja laki – laki dan perempuan serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak di temukan . Remaja memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan berprilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya.
g.     Persiapan pranikah. Informasi tentang hal ini di perlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarga .
h.     Kehamilan dan persalinan , serta cara pencegahannya, remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini sebagai persiapan bagi remaja pria dan wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.
3. Pelayanan kesehatan dengan deteksi dini kanker sistem reproduksi
Kanker system reproduksi meliputi kanker leher rahim , payudara , indung telur , rahim , dan alat kelamin perempuan .
Ciri-ciri yang perlu di curigai akan adanya kanker leher rahim :
a.     Adanya cairan vagina abnormal ( duh vagina )
b.     Perdarahan di waktu haid atau haid dengan perdarahan hebat
c.     Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
d.     Paritas tinggi dan di atas 30 tahun
Pemeriksaan pap smear :
Cara termudah untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim adalah melalui pemeriksaan pap smear yaitu pemeriksaan yang di lakukan dengan mengambil usapan sel dan lender leher rahim untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sel secara mikroskopis .
Untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim , di anjurkan kepada para wanita untuk melakukan pemeriksaan papsmear secara teratur , paling tidak sekali setiap tahun :
a.     Pada umur berapapun pada usia subur
b.     Telah berhubungan seks lebih dari 1 tahun
c.     Ada atau tidak ada cairan vagina yang mencurigakan
4. Pemeriksaan untuk mendeteksi kanker payudara
Berikut adalah cara sederhana untuk menentukan tumor payudara sedini mungkin. Cara ini dikenal dengan istilah yang merupakan singkatan dari SADARI ( periksa payudara sendiri). Pemeriksaan terdiri dari atas 7 langkah berikut:
a. Memperhatikan payudara melalui kaca, sementara kedua lengan lurus kebawah
b. Memperhatikan payudara di depan kaca sementara kedua lengan diangkat lurus ke atas.
c. Perhatikan apakah ada tarikan pada permukaan kulit
d. Memijat daerah sekitar puting dengan perlahan untuk melihat apakah ada cairan abnormal yang keluar
e. Berbaring dengan lengan kanan dibawah kepala sementara punggung kanan diganjal dengan bantal kecil, kemudian seluruh permukaan payudara kanan di raba dengan tiga pucuk jari tengah tangan kiri yang di harapkan.
f.  Ketiga jari tersebut di gerakkan memutar dengan tekanan lembut tapi mantap, dimulai dipinggir kemudian ke tengah (puting) dan kembali lagi dari pinggir dengan mengikuti putaran jarum jam.
g. Melakukan hal yang sama untuk payudara kiri
h. Memperhatikan secara khusus seperempat bagian payudara sebelah luar atas, baik kanan maupun kiri. Bagian tersebut paling sering mengandung tumor.
i.  Pemeriksaan ini dianjurkan untuk di lakukan secara teratur sekali sebulan setelah haid
5. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pada Klimakterium / Monopause
Kata menopause berasal dari bahasa yunani yang berarti ”bulan” dan ”penghentian sementara” (Wirakusumah,Emma.S, 2004).
Menopause atau mati haid adalah masa dimana seorang perempuan mendapatkan haid atau datang bulan atau menstruasi terakhir secara alami dan tidak lagi haid selama 12 bulan berturut-turut (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Umumnya terjadi menopause mulai terjadi pada permpuan berusia sekitar 45-55 tahun (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Permasalahan Pokok Kesehatan Wanita
Kasus Kematian Ibu
Menurut definisi, kematian ibu hanya dapat terjadi jika terdapat tiga peristiwa dalam satu rangkaian (1). Seorang wanita hamil, (2). Ia menderita komplikasi obstetrik dan (3). Komplikasi tersebut menyebabkan kematian. Kerangka ini menghasilkan tiga titik intervensi yaitu mencegah kehamilan , mencegah perkembangan komplikasi, dan mencegah kematian yang disebabkan oleh komplikasi tersebut.
Pencegahan kehamilan yang mengurangi kematian ibu terutama dengan jalan mengurangi jumlah wanita yang berisiko mengalami komplikasi obstetrik. Tujuan utama Initiatif Safe Motherhood bukan untuk mencegah kaum wanita mempunyai anak, melainkan untuk memastikan bahwa jika memang ingin mempunyai anak, wanita dapat melakukannya secara aman.
Kematian ibu dapat diklasifikasikan menurut penyebab mediknya sebagi kematian obstetrik "langsung dan "tidak langsung". Kematian obstetrik tidak langsung disebabkan oleh kondisi medik yang telah ada sebelumnya seperti malaria, hepatitis atau anemia, yang diperburuk oleh kehamilan. Di negara-negara berkembang hal ini mencapai 25 % kematian ibu. Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan atau periode pasca persalinan, antara lain perdarahan, aborsi yang disengaja, hipertensi, infeksi, dan persalinan obstruksi. Kematian obstetrik langsung terjadi pada 75 % kematian ibu.
Keluarga Berencana
Keluarga berencana mempunyai potensi yang besar dalam meningkatkan kesehatan reproduksi wanita. Pemanfaatan metode kontrasepsi keluarga berencana untuk menjarangkan atau membatasi kelahiran akan meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Penggunaan beberapa metode kontrasepsi secara tepat, misalnya kondom, diafragma, dan pil hormon, dapat membantu wanita dan pasangannya mencegah penularan infeksi traktus reproduktif.
Pelayanan kontrasepsi sendiri tidak cukup untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita. Sayangnya, pelayanan ini seringkali ditawarkan di luar, bukan sebagai bagian dari masalah-masalah pelayanan kesehatan reproduksi dalam arti luas. Misalnya, kehamilan yang tidak dikehendaki, infeksi traktus reproduksi, dan infertilitas. Kondisi seperti ini dapat dialami satu kali atau lebih dalam kehidupan wanita.
Terlebih lagi, pemerintah dan pembuat kebijakan tidak memenuhi kebutuhan wanita, melainkan justru mengembangkan program yang sangat terbatas ruang lingkupnya (Jacobson, 1991). Hanya sedikit program yang menyediakan berbagai macam metode kontrasepsi, sehingga menjamin agar wanita mampu mencapai keseimbangan antara risiko individual dan preferensi pemakaian kontrasepsi, serta beralih ke metode lain sejalan dengan berubahnya kebutuhan reproduksi. Sedikit pula fasilitas pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan konseling yang memadai dan pelayanan tindak lanjut untuk mengatasi tingginya wanita yang membutuhkan pengendalian kehamilan namun tidak mrnyukai kontrasepsi yang mereka gunakan saat ini.
Aborsi
Tiga fakta utama tentang aborsi yang mengangkat aborsi sebagai masalah kesehatan masyarakat yang harus mendapatkan perhatian adalah :
1.      aborsi yang dilaksanakan secara tidak aman merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian wanita;
2.     kebutuhan akan induksi aborsi merupakan kenyataan yang sering dan terus-menerus dijumpai;
3.     wanita tidak perlu meninggal akibat aborsi yang tidak aman, sebab jika induksi dilaksanakan secara benar dan higienis, tindakan aborsi sangatlah aman.
Komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menyebabkan kurang lebih 40 % kematian ibu di dunia (Coeytauux et al.,1989; Royston dan Armstrong,1989). Kematian bukan merupakan satu-satunya akibat aborsi yang tidak aman. Selain wanita meninggal, ratusan di antara ribuan wanita bertahan hidup hanya untuk menderita komplikasi yang serius. Hal ini termasuk sepsis, perdarahan, perforasi rahim, dan trauma serviks yang sering menyebabkan kerusakan fisik yang menetap, kesakitan kronis, infertilitas dan kelainan psikologis (Coeytaux, 1990;McLaurin et al.,1991).
Disamping masalah kesehatan, aborsi juga menimbulkan kerugian-kerugian lain. Pada wanita, kerugian tersebut meliputi : kerugian waktu, stres psikologis, kerugian biaya, dan lebih banyak lagi beban individual yang lain. Dalam masyarakat dan keluarga, aborsi yang tidak aman masih meminta korban. Dari korban-korban ini, anak yang tak beribu mungkin merupakan kondisi yang paling menyedihkan.
Selain besarnya kerugian secara individual, perawatan komplikasi aborsi menimbulkan beban yang berat bagi sistem kesehatan di negara berkembang, hal ini dapat mengkonsumsi hingga 50 % anggaran rumah sakit (WHO,1990,1987). Ironisnya, biaya pelayanan kegawatdaruratan untuk mengatasi kegagalan aborsi jauh lebih besar daripada biaya untuk melaksanakan ratusan lebih aborsi yang aman secara medik.
Tingginya tingkat kematian dan kesakitan akibat aborsi lebih disebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk mendapatkan pelayanan aborsi yang aman, bukan risiko akibat tindakan aborsi itu sendiri. Pelarangan aborsi sebagai tindakan legal, adanya hambatan-hambatan logistik, dan kebijakan induksi aborsi memaksa banyak wanita bergantung pada tenaga gelap yang seringkali kurang terlatih dan bekerja dengan cara yang kurang higienis. Alternatif lain, wanita mungkin berusaha untuk mengakhiri kehamilannya dengan metode yang berbahaya seperti halnya menelan zat beracun atau menggunakan benda tajam. Beberapa peneliti menganggap risiko kematian akibat aborsi yang tidak aman 100 sampai 500 kali lebih besar daripada aborsi yang aman (Roysten dan Armstrong,1989).
Wanita tidak seharusnya meninggal atau menanggung konsekuensi medik akibat aborsi, karena aborsi tidak membunuh wanita. Hal yang menyebabkan kematian adalah aborsi yang dilakukan secara tidak aman. Induksi aborsi yang dikerjakan dengan cara tidak aman adalah penyebab tunggal kematian wanita yang terbesar, sekaligus penyebab kematian yang dapat dicegah. Di antara seluruh penyebab utama kematian ibu, penyebab kematian karena aborsi merupakan sebab yang paling jelas (Maine,1991).
Dua cara yang jelas dapat mengurangi dan akhirnya menghilangkan kesakitan dan kematian akibat aborsi yang tidak aman adalah : 1). Menjamin akses wanita terhadap pelayanan aborsi yang tepat waktu, aman, efektif, dan ramah dengan menggunakan teknologi yang ada ; dan 2). Mengaitkan pelayanan aborsi dengan pelayanan keluarga berencana yang bermutu tinggi.
AIDS
Faktor yang menyebabkan diagnosa AIDS terlambat pada wanita antara lain: sulitnya mendatangkan fasilitas, buruknya penggunaan fasilitas kesehatan, sedikitnya kecurigaan tenaga kesehatan terhadap kemungkinan timbulnya AIDS pada wanita. Selain itu, wanita yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena AIDS tidak menyadari infeksi HIV sejak dari awal.
Pusat pencegahan dan Pengendalian penyakit (Center of Disease Control) menganjurkan agar semua wanita yang berusia subur dan mempunyai perilaku yang berisiko tinggi harus menjalani konsultasi dan pemeriksaan HIV.
Apabila seorang wanita terdeteksi HIV, ada beberapa pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan, antara lain :
a.     -Pengambilan riwayat ginekologi lengkap, termasuk riwayat menstruasi, obstreti, kontrasepsi dan aktivitas seksual.
b.     -Pemeriksaan fisik : pemeriksaan payudara dan pelvis.
c.     -Pemeriksaan laboratorium : pap-smear, kultur serviks untuk mencari adanya clamidia dan gonorrhea, VDRA, VDRL dan test kehamilan jika ada indikasi.
d.     -Mammogram untuk wanita yang berusia antara 35 – 39 tahun, 2 tahun sekali sampai dengan berusia 44 tahun.
e.     -Kalposkopi merupakan pilihan, tetapi dengan adanya data baru pemeriksaan ini sangat dianjurkan.
Wanita yang terinfeksi HIV masih mempunyai hak untuk memilih metode kontrasepsi yang mereka sukai. Infeksi HIV tampaknya tidak menghambat keinginan untuk hamil pada beberapa wanita, walaupun demikian ada pula sebagian wanita yang tidak menghendaki kehamilan. Wanita-wanita ini perlu mendapatkan konseling mengenai jenis-jenis kontrasepsi disertai informasi tentang keuntungan dan kerugiannya.
PMS (Penyakit Menular Seksual )
Ada tiga penyebab PMS yaitu bakteri, virus, dan parasit.
1. PMS yang disebabkan oleh bakteri
a. Gonore (Gonorrhea)
Gonore yang sering disebut 'clap' atau 'drip' disebabkan oleh bakteri gonokukus. Bakteri ini hidup pada lingkungan yang hangat dan lembab, seperti yang ditemukan pada selaput lendir saluran kencing pria dan wanita atau pada leher rahim wanita. Gonore hampir selalu dipindahkan melalui kegiatan seksual per vaginal, oral maupun anal. Pada wanita tempat utama yang diserang adalah leher rahim atau serviks dengan terjadinya radang cervicitas yang disertai keluarnya cairan seperti nanah berwarna kuning kehijauan dari daerah kemaluan. Bila gonore didiagnosa dengan cepat, maka penyakit ini hampir selamanya bisa disembuhkan, langkah awal penyembuhan adalah dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotika (penisillin).
b. Sifilis
Bakteri yang menyebabkan sifilis adalah Treponema pallidum. Sifilis biasanya ditularkan dengan persetubuhan lewat vagina maupun anal, atau seks oral dengan orang yang terinfeksi. Treonema pallidum biasanya berpindah sewaktu kontak melalui luka lecet yang terbuka pada penderita menuju kulit sehat yang terkelupas akibat lecet atau selaput lendir dari orang lain. Wanita hamil dapat menularkan sifilis kepada anak yang dikandungnya, karena bakteri tersebut dapat menembus plasenta. Hal ini dapat menyebabkan keguguran, lahir mati atau sifilis kongenita. Sifilis kongenita dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan dan pendengaran atau merusak bentuk gigi dan tulang.
c. Clamidia
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clamidia tachomatis. Bakteri ini menimbulkan berbagai infeksi seperti : peradangan saluran kencing, cervicitis, endometritis dan PID pada wanita. Infeksi Clamidia biasanya berlangsung pada hubungan seks lewat vagina dan anus.
d. Vaginitis
Adalah infeksi atau peradangan pada vagina. Vaginitis biasanya ditandai dengan adanya cairan berbau kurang enak yang keluar dari vagina. Gejala lain adalah gatal atau iritasi di daerah kemaluan dan perih di daerah kencing. Vaginitis kadang bisa disebabkan karena alergi terhadap bahan kimia.
e. Candidiasis
Disebabkan oleh jamur Candidia albicans, biasanya menimbulkan gejala peradangan, gatal dan perih di daerah kemaluan. Candidiasis dapat ditularkan secara seksual antar pasangan seks, sehingga kedua pasangan harus diobati secara simultan.
2. PMS yang disebabkan oleh virus
a. Herpes
Virus Herpes simplex menimbulkan berbagai jenis herpes. Herpes simplex type-1 (HSV-1) mengakibatkan herpes mulut, berupa lecet dan benjolan disertai selesma dan demam di daerah mulut dan bibir. HSV-1 dapat ditularkan ke daerah kemaluan dengan sentuhan atau seks oral. HSV-2 mengakibatkan lepuh, nyeri dan luka di daerah kemaluan. Wanita yang tertular herpes mempunyai resiko tiga kali lebih besar mengalami keguguran daripada wanita sehat.
b. Genital warts
Disebut juga veneral wart, disebabkan oleh human papiloma virus (HPV). HPV ini terutama menyerang wanita dan pria berusia 20 - 24 tahun. Wanita yang melakukan hubungan seks mulai usia pada usia 18 tahun dan mempunyai beberapa pasangan seks adalah kelompok yang sangat rentan terhadap HPV. HPV ditularkan melalui kontaks seks atau jenis lainnya lewat pakaian dan handuk. HPV sering dikaitkan dengan kanker leher rahim, karena sering ditemukan pada wanita yang menderita kanker serviks.
3.PMS yang disebabkan oleh parasit
a. Trichomoniasis (Trich)
Adalah infeksi vagina yang disebabkan oleh suatu parasit atau suatu protozoa. Gejalanya adalah rasa gatal dan terbakar di daerah kemaluan, disertai dengan dengan keluarnya cairan berwarna putih seperti busa atau juga kuning kehijauan yang berbau busuk. Penyakit ini ditularkan secara seksual pada pria dan wanita dan dapat diobati dengan metronidazale ( flagyl).
b. Pediculosis
Pediculosis adalah terdapatnya kutu pada bulu-bulu di daerah kemaluan. Kutu pubis pubis ini diberi julukan 'crabs', yang sering ditularkan secara seksual, atau kontak melalui handuk, sprei dan tempat duduk di toilet, yang tumbuh di kepala bergayut pada akar-akar rambut. Kutu pubis dapat dimusnahkan dengan obat (Kwel) yang berbentuk krim atau cairan (shampo).
Kanker
1.Kanker Serviks
Kaker serviks merupakan penyebab kematian utama karena kanker pada wanita di negara-negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan 500.000 kasus kanker baru di negara-negara berkembang. Di Indonesia diperkirakan 90- 100 kanker baru di antara penduduk 100.000/tahun. Studi epidemiologik mengklaim bahwa faktor risiko terjadinya kanker serviks meliputi hubungan seksual pada usia dini (<20 tahun) , berganti-ganti pasangan seksual, merokok, trauma kronis pada serviks uteri dan higiene genetalia.
a. Faktor resiko :
1). Perilaku seksual
Telah pada berbagai penelitian epidemioligik menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai melakukan hubungan seksual pada usia kurang 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti lebih berisiko menderita kanker serviks. Tinjauan pustaka mengenai etiologi kanker rahim menunjukkan bahwa faktor risiko lain yang penting adalah hubungan seksual suami dengan wanita tuna susila (WTS) dan dari sumber itu membawa penyebab kanker (karsinogen) terhadap istrinya.
2). Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen, baik yang dihisap sebagai rokok atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan policyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
3). Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung zat anti oksidan dan berkhasiat mencegah kanker, misalnya advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic Acid), vitamin C, vitamin E beta karoten/retinal dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin C, vitamin E dan beta karoten mempunyai khasiat anti oksidan yang kuat. Anti oksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidansi karsinogen bahan kimia. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati ( kedelai, jagung, dan kacang-kacangan ), vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan.
b. Penemuan dini :
1). Sitologi
Yaitu dengan tes pap untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya mencapai 90 % bila dilakukan dengan baik.
2). Kolposkopi
Adalah pemeriksaan dengan menggunakan kalpaskap, suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalamnya yang menilai perubahan pada epikel dan vaskuler serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks. Pemeriksaan kolposkopi ini untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan.
3). Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal jika SSK ( Sambungan Skuamosa Kolumnar) terlihat seluruhnya dengan kolpaskopi. Jika SSK tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelamari di dalam kanalis servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi.
4). Konisasi
Konisasi ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus). Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi harus selalu dilanjutkan dengan kuretase.
5). Pemeriksaan visual langsung
Pada daerah dimana fasilitas pemeriksaan sitologi dan kolposkopi tidak ada, maka pemeriksaan visual langsung dapat digunakan untuk mendeteksi kanker secara dini. Jika penyakit dapat dideteksi pada tingkat ini, maka perjalanan penyakit selanjutnya menjadi kanker invasif dapat dicegah.
2. Kanker Payudara
Kanker payudara ialah kanker yang berasal dari kelenjar, jaringan areola dan puting payudara. Kanker payudar banyak dijumpai pada wanita di Indonesia, merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker serviks. Hasil pengobatan kanker payudara sampai saat ini belum memuaskan bagi penderita, keluarga, dan dokter yang mengobati. Kanker dalam stadium dini diperkirakan masih dapat disembuhkan, namun jika sudah lanjut sukar atau tidak dapat disembuhkan lagi. Untuk menyatakan seorang penderita kanker payudara sembuh sangat sukar, karena setelah pengobatan dan setelah penderita dibebaskan dari kanker sewaktu-waktu dapat kambuh lagi.
a. Penyebab kanker payudara
Penyebab kanker payudara sampai saat ini belum seluruhnya diketahui dengan jelas. Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yangg mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan. Kerusakan gen itu dapat disebabkan oleh karsinogen, virus, sinar ionisasi, hormon dan sebagainya. Ada beberapa faktor yang memudahkan timbulnya kanker payudara sehingga seseorang dapat lebih mudah dihinggapi kanker ini.
b. Keluhan dan gejala kanker payudara
Keluhan penderita kanker payudara dapat bermacam-macam :
1). Keluhan pada payudara
1)      Tumor pada payudara umumnya tidak nyeri, ini yang terbanyak.
2)     Nyeri pada payudara, kadang-kadang
3)     Ulkus pada payudara
4)     Retraksi puting susu
5)     Perdarahan dari puting susu
6)     Eksim pada puting susu
7)     Payudara mengecil atau membesar
2). Keluhan karena penyebaran
a)     Nyeri di tulang-tulang, seperti rematik
b)     Sakit kepala/pusing
c)     Patah tulang
d)     Lumpuh
e)     Batuk-batuk
3). Tidak ada keluhan
Kanker ditemukan karena :
a)      "Check up" payudara atau kesehatan
b)     Skrining
c. Prevensi
Prevensi adalah cara yang terbaik untuk menanggulangi kanker payudara. Tetapi cara ini sukar dijalankan dan belum tentu kanker itu dapat dicegah.
Beberapa cara mencegah timbulnya kanker payudara itu ialah :
1.      Eksisi tumor jinak payudara
2.     Obat dysplasia mamma atau penyakit fibrokistik mamma dengan baik
3.     Susui anak selama 1-2 tahun
4.     Koreksi inversi puting susu, supaya dapat dipakai menyusui anak dengan baik
5.     Diet yang tidak banyak lemak dan alkohol supaya badan tidak gemuk
d. Deteksi
Deteksi kanker ialah usaha untuk mencari adanya kanker yang masih kecil atau masih dapat disembuhkan dan kelainan pra kanker pada segolongan masyarakat tertentu yang terlihat sehat pada waktu yang tertentu. Deteksi kanker mamma itu umumnya dikerjakan pada golongan masyarakat yang mempunyai risiko tinggi mendapat kanker payudara. Ada beberapa cara deteksi kanker payudara:
1.      Pemeriksaan payudara sendiri
2.     Pemeriksaan fisik oleh dokter
3.     Mammografi
e. Terapi
1). Tujuan terapi :
a)     Kuratif yaitu terapi untuk menyembuhkan penderita
b)     Paliatif yaitu terapi untuk menghilangkan keluhan dan memperbaiki kualitas hidup penderita dengan harapan dapat memperpanjang hidupnya tanpa memperpanjang penderitaan
c)     Simtomatik yaitu terapi untuk mengurangi keluhan tanpa mengharapkan memperpanjang hidup, supaya penderita dapat meninggal dengan tenang
2). Macam-macam terapi
      i.        Terapi utama : Ialah terapi untuk kanker payudara itu, baik untuk tumor primer atau metastasisnya
     ii.        Terapi adjuvan (tambahan): Ialah terapi yang ditambahkan untuk menghilangkan mikrometastasisnya
    iii.        Terapi komplikasi: Ialah terapi untuk menanggulangi komplikasi yang timbul
    iv.        Terapi bantuan: Ialah terapi untuk melapangkan jalan untuk terapi utama atau terapi lainnya, supaya kondisi penderita tetap baik
     v.        Terapi sekunder: Ialah terapi untuk menanggulangi penyakit sekunder yang ada
3). Cara terapi :
a). Operasi (b). Radioterapi (c). Kemoterapi (d). Terapi hormone (e). Immunoterapi (f). Terapi kombinasi
f. Rehabilitasi
Ada bermacam-macam rehabilitasi untuk penderita kanker payudara, yaitu:
1). Rehabilitasi fisik:
1.      Memakai protesis payudara
2.     Operasi rekonstruksi payudara
3.     Latihan gerakan lengan
4.     Koreksi edema lengan
2). Rehabilitasi mental
3). Rehabilitasi seksual
4). Rehabilitasi pekerjaan
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah :
a.     -Memperkuat atau menyusun peraturan yang dibutuhkan untuk meningkatkan status wanita.
b.     -Meningkatkan upaya-upaya untuk memperluas kesempatan pendidikan bagi perempuan dan menurunkan angka buta huruf.
c.     -Menangani kebutuhan khusus wanita di bidang tenaga kerja dan pembangunan ekonomi.
d.     -Melaksanakan kebijakan peningkatan status gizi wanita dan anak perempuan, dan memperluas pendidikan gizi.
e.     -Menjamin akses wanita terhadap air bersih dan sumber daya esensial lainnya.
f.      -Mengembangkan program-program dan kebijakan terhadap kesehatan dan status sosial ekonomi wanita.
g.     -Memacu penelitian mengenai faktor-faktor sosioekonomi yang mempengaruhi perilaku mencari pelayanan kesehatan; tingkat kepatuhan; sikap dan proses pengambilan keputusan wanita; dan persepsi dan pandangan wanita.



Daftar Pustaka
1.Koblinsky, Marge;Timyan,Judith;Gay, Jill, 1997. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global, Gajah Mada University Press.
2.Smyke, Patricia, 1995. Women and Health, London & New Jersey, Zed Books Ltd.
3.Sukardja,IDG, 1993. Kanker Payudara, Majalah Kedokteran Indonesia , No. 6, Juni , Vol. 43, hal 367 -373.
4.Syahrum, Hatta, 1981. Berbagai Aspek Infertilitas Pria dan Wanita yang perlu diketahui Dokter Umum, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 31, No. 1-2, Januari/Februari, hal 23-27.
5.Sjamsuddin, Sjahrul, 2001.Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Cermin Dunia Kedokteran, No. 133, hal 9-14.
6.Ekasari, Flora; Jusuf, Anwar, 2001. Kanker Paru pada Perempuan. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 51, No. 6, Juni, hal 213 -216.
7.Hutapea, Ronald, 1995. Aids dan PMS dan Perkosaan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar